Halaman

Senin, 19 Desember 2011

BOM


Kini, biar kuteriakkan padamu dengan lantang bahwa Aku Membencimu!! Aku ingin mengakhirimu dengan sekali ledakan dari sebuah bom yang aku rakit sendiri khusus untukmu. Ya, khusus untukmu sampai kau hancur berkeping-keping hingga tak bersisa.
Kau. Kau yang slalu membuat tubuhku menggigil di sebuah pojokan sunyi dengan bibir yang biru dan bergetar. Kata-katamu memasungku, melumpuhkan titik syaraf semua tubuhku. Dan aku tergugu dalam sebuah ketakutan. Brengsek!!.

***
"Bodoh, penakut, terus saja kau begitu, dasar tak berguna. Pecundang!!!"
kata-kata yang kau lantangkan itu hanya sebuah pisau tumpul bagiku tapi itu mematikan. Ya, aku tak terlalu menghiraukannya tapi perlahan, benar-benar melumpuhkanku!!
"Hahaha. . . " dan kau semakin tertawa. Tertawa mengejekku yang semakin kau permainkan, aku semakin terkunci.
Hingga saat ini aku membiarkan tubuhku terkungkung di sebuah pojokan dengan tubuh menggigil dengan bibir biru yang menggetar. Dan hanya melayang-layangkan pikiranku ke suatu waktu yang tak beraturan. Masa yang entah. Tentu, masih ditemani tawa membahana yang memekakan telingaku dari suara setan milikmu.

***
Aku semakin menggigil. Menggigil yang mengulum takut. Hingga pikiranku berada pada sebuah memori tentang sebuah kata sederhana, "hidupkan tombol on, maka semuanya akan menyala"
"Hahahaha. . . " tawaku menukik keluar mengalahkan suara setanmu itu.
Dan seperti sebuah mesin yang diperintah, pikiranku mengambil komando. Perlahan, perlahan dan perlahan, tubuhku menghangat. Api serasa meletup dahsyat dalam tubuhku. Hahaha. . Sebentar lagi kau akan hancur. Lihatlah!! Aku akan merakit bom terdahsyat hanya untukmu. Bom yang hanya menghancurkanmu saja tanpa menghancurkan sekitarnya. Hah. . Aku ini masih mempunyai nurani, tau!! . Yang aku inginkan hanya dirimu.
(*)

"Mari menset pikiran kita supaya semuanya bisa bergerak, kau adalah pengemudi ulung. Jalan-jalan yuuuk!!! Eaaaaa. . . "
Bismillah. . . Semoga Allah slalu memudahkan kita dalam bergerak. . :)