Halaman

Senin, 27 Februari 2012

Aku, Kau dan Kue Ultah



Kue ultah berbentuk hati  masih saja aku pegang. Kue ultah yang sengaja aku buat demi ultah kita.

Aku masih menunggumu di taman ini. Taman di mana mata kita saling bertemu. Meski tak  lama, tapi ada yang tersisa di sini, di hatiku. Diam-diam aku mencintaimu. Ya, diam-diam.

Diam-diam pun aku mencari tahu semua tentangmu. Alamat rumahmu, makanan, warna, lagu, dan semuanya yang kau suka. Dan satu yang berhasil membuatku senyum-senyum sendiri; tanggal, bulan dan tahun lahir kita sama. Ah, aku bahagia.

Di sini, aku masih saja menunggumu, Ji. Menunggu sambil memandang nama kita yang bersanding di kue ini. Tiga jam aku menunggu, tapi kau tak kunjung datang. Bahkan kini langit mulai gelap. Tapi aku yakin, kau pasti akan datang. Ya, datang dengan berbagai kejutan yang telah kau persiapkan untukku. Hmm..  atau mungkin keterlambatanmu ini adalah sebagian skenario yang telah kau atur untuk memberi kejutan untukku? Ya... bukankah sudah tertulis jelas di buku diary-mu itu bahwa kau pun sebenarnya diam-diam suka padaku?. Ibumulah yang memberi tahu tentang diary itu , Ji.

Tapi perlahan aku terisak, aku sadar kini kau telah tiada. Sampai kapan pun aku menunggumu, percuma!! Kau tak akan pernah datang. Dua minggu yang lalu kau pergi karena kanker yang kau derita.

Braaak!!!!

Tiba-tiba sebuah suara menggema. Entah di mana. Semuanya mendadak gelap. Tapi tak lama.

“Selamat Ulang Tahun, Naya.”

Aku menoleh. Kau, Darmawan Aji. Benarkah? Kau tersenyum, manis sekali.
Di sebuah tampat nun jauh di sana, aku melihat sebuah kerumunan. Mobil Xenia hitam baru saja menghantam pohon besar di sebuah taman.

Aku melihat sosok wanita terbujur kaku diantara pohon dan mobil itu. Tangannya mendekap kue  yang juga telah hancur. Itu jasadku.

Jakarta, 29 Januari 2012
 

Bincang Kepenulisan Bersama Kang Arul



Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, akhirnya saya sampai juga di Taman Ismail Marzuki(TIM). Tepatnya di ruangan Hb.Jassin-lah pertemuan perdana FLP Jakarta angkatan 16 ini dilaksanakan. Hmm... sudah banyak yang datang rupanya. Dan yah ... akhirnya saya mendapat bangku di urutan belakang.

Pertemuan pertama ini diisi oleh Kang Arul dengan mengusung tema “ Menulis antara sebagai hobi dan profesi”. Kang Arul yang mengaku telah mulai menulis dari tahun 1989 ini, ternyata sudah memiliki 305 judul buku. Dan sebentar lagi beliau akan menggenapkannnya menjadi 306 buku. Wow... angka yang luar biasa bukan?.

Di awal perbincangan, Kang Arul selalu menekankan “bertobatlah anda untuk menjadi seorang penulis, karena anda telah berada pada jalur yang sesat”. Nah loh? Ini bukannya menyemanagati tapi malah men-down-kan para penulis pemula. Tapi, itulah Kang Arul, dengan gaya santainya beliau hanya ingin menekankan bahwa menulis bukanlah perkara yang mudah. Menjadi penulis itu bukan hanya sekedar membayangkan, membayangkan dan membayangkan saja hingga ujung-ujungnya setress pun melanda. Ih... syerem ya. J

Menulis bukan lagi sekedar hobi, yang jika selesai lalu sudahlah. Menulis di sini adalah menulis yang bisa menembus penerbitan dan juga dinikmati di pasaran. Tentu untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Di sini kang Arul berbagi tentang bagaimana menjadi penulis yang cerdas. Mulai dari timing menulis sampai masuk penerbitan. Bagaimana syarat naskah yang baik sampai bagaimana cara memikat hati editor hanya dengan kata pengantar saja.

Penerbit dalam menerbitkan sebuah buku tentu tidak sembarangan. Mengingat biaya yang dikeluarkan oleh penerbitan untuk menerbitkan sebuah buku itu sangatlah besar. Maka penerbit pun sangat selektif dalam memilih naskah-naskah yang masuk. Ditambah lagi ada beribu-ribu orang di luar sana yang menunggu hal yang sama seperti kita, dengan kemampuan yang beragam tentunya. Maka dari itu kita harus benar-benar cerdas dalam hal ini. Kita harus tahu tema apa yang tengah digandrungi oleh masyarakat. Mengapa harus demikian? Dengan hal ini setidaknya kita bisa menghemat waktu dalam menulis sehingga tulisan yang dihasilkan pun tidak sia-sia.Untuk hal ini kita harus sering-sering berkunjung ke toko buku. Selain itu   menjalin komunikasi dengan penerbit sangatlah penting. Dekati penerbit, itu adalah salah satu saran dari kang Arul untuk kita para penulis pemula.

Dalam pertemuan kali ini pun, Kang Arul menampilkan beberapa daftar peluang menjadi seorang penulis. Ternyata menulis itu bukan hanya sekedar menulis cerpen atau novel saja loh. Menjadi editor, penulis resensi, penulis naskah drama, jurnalis , pengelola konten situs, proofreader dan masih banyak lagi yang lainnya, ini termasuk profesi yang masih berkaitan erat dengan dunia kepenulisan.

Acara benar-benar berlangsung seru. Ini terlihat dari peserta yang begitu antusias mengikuti dan menyimak pelatihan ini. Ditambah dengan penjelasan kang Arul yang disampaikan secara santai.

Dan kesimpulan yang bisa didapat adalah bahwa untuk menjadi seorang penulis yang bisa menembus banyak media itu dibutuhkan perjuangan yang luar biasa. Mari untuk tetap semangat dalam menulis.

Selasa, 07 Februari 2012

Nuansa Dua Dua

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin...
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah ‘menyampaikan’ saya pada umur yang istimewa ini. Umur yang unik, umur yang cantik dan umur yang luar biasa -22-. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah ...

Dua dua, angka yang cantik. Angka yang sudah sangat pantas untuk sebuah gelar ‘dewasa’. Angka yang membuat saya merenung, sudahkah saya benar-benar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya? Dan ah... saya hanya bisa tertunduk malu. Menilik waktu-waktu sebelumnya, ternyata masih banyak waktu  yang terbuang sia-sia, entah itu hanya mundar-mandir atau merenung yang tak jelas atau entahlah apalagi. Astagfirullahaladzim... mudah-mudahan saya bisa memperbaiki hal ini untuk menghadapi waktu-waktu kemudian.

Dua-dua, angka unik ini pun mampu mendobrak semua file-file yang ada di dalamnya. File-file yang membuat saya bersyukur. Sungguh, betapa besar nikmat Allah yang telah diberikan kepada saya. Dari mulai nikmat sehat, sampai nikmat-nikmat yang kasat mata. Subhanallah ... terebih bahwa memang sungguh benar Firman Allah :

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah ; 216)

Ketika banyak sekali keinginan-keinginan saya yang dibelokkan oleh-Nya _ma’af tidak bisa disebutkan satu persatu karena nantinya akan panjang kali lebar yang hasilnya akan se’luas’ langit (ceileee.. hehe )_  ternyata memang benar, ada kebaikan di dalamnya ... meski itu hanya kebaikkan yang setipis kulit ari.

Coba-coba lihatlahlah dengan mata hati, maka kebaikan-kebaikan itu  akan nampak meski setipis kulit ari. Kebaikan yang akan memperkaya rasa syukur kita terhadap-Nya. (Rosika azahra) *edisi syukur* ma’af masih dalam proses pembenahan diri, dan akan selalu menjadi sebuah proses.

Kembali ke dua-dua ... sebuah angka yang istimewa. Tanpa diduga, ternyata Ibu, keponakan dan kakak saya berkunjung ke sini. Alhasil lengkaplah keluarga kami, hanya Bapak saja yang tak ada. Bapak nunggu rumah saja, begitu alasannya ( padahal rumahnya gak bakal ada yang gotong, hehe...)

Mungkin memang Ibu berkunjung ke sini bukan karena ulang taahun saya _pede banget sih lu, hehe_ tapi sungguh, ini menjadi hadiah terindah buat saya. Menyaksikan senyum Ibu yang ceria bertemu cucu-cucunya. Dan ini menjelang  hari istimewa saya. Terlebih ketika melihat Ibu begitu sangat bahagia waaktu menjadi rebutan cucu-cucunya. Dua-duanya minta di gendong booo _mereka saling iri, hehe_. Setelah  dua krucil berhasil digendong ditangan kanan kiri,  apa yaang terjadi?? Dua krucil ini bukannya akur, eee malah saling dorong satu sama lain. Spontan kami yang melihatnya hanya bisa tertawa. Duuh...betapa senangnya melihat Ibu digandrungi cucunya.

Aaah ... dua-dua, angka yang kembali membuat saya merenung, sudahkah kau membahagiakan kedua orang tua??
................................................................................................................................................???

Pada usia yang kian merangkak
Biarkan aku berpijak dalam tapak yang menapak
Menapak memberi manfaat
Diiringi alunan iman yang kuat
_aamiin allahumma aamiin_

Jakarta, 06 Februari 2012
Dalam Nuansa dua-dua