2005-2012... wow !!
tengat waktu yang sangat lama ternyata ya, dari mulai buku ini diterbitkan
sampai akhirnya saya bisa membaca buku ini. Bahkan cetakannya pun sudah
mencapai cetakan yang ke-19. Hmm, tapi tak ada kata terlambat bukan???
Alhamdulillah, akhirnya
setelah berhasil mendapatkan buku ini ‘Hafalan Shalat Delisa’ karya Tere Liye,
saya benar-benar bisa menyelesaikan membacanya dalam waktu dua hari.
Terputus-putus. Tanpa diselingi buku bacaan yang lainnya. Ya, terputus. Karena
beberapa kali saya harus menutup buku ini. Lalu membukanya kembali. Lalu
menutupnya kembali. Dan membukanya kembali untuk melanjutkan bacaan saya.
Nah loh, kenapa?? Buku
ini benar-benar berhasil membuat saya menangis yang tercekat. Beberapa kali
menggigit bibir dan mendongakkan kepala saya ke atas demi menahan tangis yang
hampir membuncah. Maka dari itulah, saya lebih memilih untuk menutupnya
terlebih dulu sebentar, lalu membukanya kembali. Kan gak lucu kalau tiba-tiba
saya menangis sesenggukan di muka umum. J
Dan dengan bahasa
sederhananya, Tere Liye benar-benar membuat buku ini serasa sempurna. Banyak
hal yang bisa kita petik dari buku ini. Tentang gigih, tentang ikhlas, tentang
sabar, tentang syukur dan tentang-tentang yang lainnya.
Selain itu, ada
bagian-bagian yang mungkin bisa kita catat dari buku Tere Liye ini sebagai
pembelajaran dalam menulis. Bahasa dalam novel ini benar-benar sederhana. Dan justru dari kesederhanaan itulah buku ini
hidup. Menggambarkan tragedi yang benar-benar bisa menyentuh dari
penuturan-penuturan polos Delisa.
Tere Liye sangat cerdas dalam membangun
karakter dan plot yang begitu mengalir. Karakter yang tergambar benar-benar jelas.
Delisa yang lincah, polos, banyak ingin tahu dan tentu pintar. Kak Aisyah yang
usil. Kak Zahra yang pendiam dan Kak Faatimah yang dewasa dan bijaksana. Serta
tokoh-tokoh lain dalam cerita.
Bahkan untuk ke-fokusan
cerita pun, buku ini benar-benar fokus mengacu pada judul buku tersebut. Di
mana berawal dari sebuah hafalan dan berakhir dalam sebuah hafalan pula. Dan
satu yang membuat saya tertarik dari buku ini, penulis benar-benar tak
mengizinkan cerita tokoh lain yang tidak berhubungan dengan cerita Delisa
mengganggu jalan cerita buku ini. Ini terlihat jelas pada halaman 242 tentang
Kak Ubai yang diam-diam jatuh cinta pada Shopia. Di sana tertera sebuah narasi
berikut.
Ah sudahlah, urusan ini
kan urusan Delisa. Bukan cerita tentang Ubai.
Yah, dari sebuah
kegigihan Delisa dalam menghafal akhirnya saya banyak belajar dari buku ini,
dari sebuah Hafalan Shalat Delisa.
pinjem dong... :D
BalasHapusBoleh, yuks kita tukeran pinjem buku mbak Diella :)
Hapushuaaa aku juga baca ini nangis melulu, mbak... dibaca berulang2 pun teteep aja nangis..
BalasHapus