Halaman

Rabu, 21 Maret 2012

Belajar Banyak dari Sebuah Hafalan




2005-2012... wow !! tengat waktu yang sangat lama ternyata ya, dari mulai buku ini diterbitkan sampai akhirnya saya bisa membaca buku ini. Bahkan cetakannya pun sudah mencapai cetakan yang ke-19. Hmm, tapi tak ada kata terlambat bukan???

Alhamdulillah, akhirnya setelah berhasil mendapatkan buku ini ‘Hafalan Shalat Delisa’ karya Tere Liye, saya benar-benar bisa menyelesaikan membacanya dalam waktu dua hari. Terputus-putus. Tanpa diselingi buku bacaan yang lainnya. Ya, terputus. Karena beberapa kali saya harus menutup buku ini. Lalu membukanya kembali. Lalu menutupnya kembali. Dan membukanya kembali untuk melanjutkan bacaan saya.

Nah loh, kenapa?? Buku ini benar-benar berhasil membuat saya menangis yang tercekat. Beberapa kali menggigit bibir dan mendongakkan kepala saya ke atas demi menahan tangis yang hampir membuncah. Maka dari itulah, saya lebih memilih untuk menutupnya terlebih dulu sebentar, lalu membukanya kembali. Kan gak lucu kalau tiba-tiba saya menangis sesenggukan di muka umum. J

Dan dengan bahasa sederhananya, Tere Liye benar-benar membuat buku ini serasa sempurna. Banyak hal yang bisa kita petik dari buku ini. Tentang gigih, tentang ikhlas, tentang sabar, tentang syukur dan tentang-tentang yang lainnya.

Selain itu, ada bagian-bagian yang mungkin bisa kita catat dari buku Tere Liye ini sebagai pembelajaran dalam menulis. Bahasa dalam novel ini benar-benar sederhana.  Dan justru dari kesederhanaan itulah buku ini hidup. Menggambarkan tragedi yang benar-benar bisa menyentuh dari penuturan-penuturan polos Delisa.

Tere Liye sangat cerdas dalam membangun karakter dan plot yang begitu mengalir. Karakter yang tergambar benar-benar jelas. Delisa yang lincah, polos, banyak ingin tahu dan tentu pintar. Kak Aisyah yang usil. Kak Zahra yang pendiam dan Kak Faatimah yang dewasa dan bijaksana. Serta tokoh-tokoh lain dalam  cerita.

Bahkan untuk ke-fokusan cerita pun, buku ini benar-benar fokus mengacu pada judul buku tersebut. Di mana berawal dari sebuah hafalan dan berakhir dalam sebuah hafalan pula. Dan satu yang membuat saya tertarik dari buku ini, penulis benar-benar tak mengizinkan cerita tokoh lain yang tidak berhubungan dengan cerita Delisa mengganggu jalan cerita buku ini. Ini terlihat jelas pada halaman 242 tentang Kak Ubai yang diam-diam jatuh cinta pada Shopia. Di sana tertera sebuah narasi berikut.

Ah sudahlah, urusan ini kan urusan Delisa. Bukan cerita tentang Ubai.

Yah, dari sebuah kegigihan Delisa dalam menghafal akhirnya saya banyak belajar dari buku ini, dari sebuah Hafalan Shalat Delisa.

3 komentar:

  1. Balasan
    1. Boleh, yuks kita tukeran pinjem buku mbak Diella :)

      Hapus
  2. huaaa aku juga baca ini nangis melulu, mbak... dibaca berulang2 pun teteep aja nangis..

    BalasHapus