Hmm, tak bosan-bosannya
yah saya menulis hasil pertemuan pramuda 16 FLP Jakarta. Iya dong, secara ini
kan dijadikan tugas juga, hehe... selain itu ada pepatah yang mengatakan begini
“ Ikatlah Sebuah Ilmu dengan Tulisan”. Wow... sakti yah.
Hah?? Apah?? Sakti??
Iyah... sakti!!!
Oke!! Untuk pertemuan
kali ini pramuda 16 FLP Jakarta kedatangan seorang tamu yang sakti dalam tulis
menulis. Seorang penulis yang pada tahun 2000-an karya-karyanya banyak
berseliweran di Annida. Bahkan katanya pernah loh beberapa karyanya dimuat pada satu edisi
dengan rubrik yang berbeda. Yupz... Sakti Wibowo.
Pertemuan yang diadakan
di PDS HB.Jassin,TIM, Jakarta itu benar-benar menjadi weekend yang menyenangkan.
Bukan hanya berlibur menikmati udara Jakarta dengan berjalan kaki dari halte
busway keramat sentiong menuju Taman Ismail Marzuki( itumah kamu aja kali...
yang lain enggak,hihi..) tapi tentunya dapat ilmu juga. Sik asyik... sik
asyik....
Uniknya dari pertemuan
kali ini, mas Sakti mempersilahkan dulu para anggota pramuda untuk sharing
sebelum memasuki pembahasan materi. Sharing inilah... sharing itulah... dan
ya..!! ini adalah langkah awal untuk mulai memasuki materi.
Sebelumnya mas Sakti
melontarkan sebuah pertanyaan kepada pramuda, “apasih yang membuat cerpen itu
terasa menarik”. Banyak jawaban yang muncul di sana. Dari mulai pesan moral,
originalitas, gaya bahasa, surprise ending dan lain lain.
Tentang
ke-originalitasan cerita, originalitas disini bukan lagi original pada bahan,
pada cara pengemasan, tapi sudah pada citarasa, pada sudut pandang yang berbeda
dengan cerpen lainnya. Jika penulis lain mengemas misalnya saja gado-gado
dengan sayuran, kenapa kita tidak mencoba mengemas gado-gado dengan pecahan
berbagai macam kaca misalnya.
Sedangkan tentang gaya
bahasa, mas Sakti menjelaskan bahwa ide akan terasa menarik jika dikemas dengan
gaya bahasa. Gaya bahasa disini bukan berarti harus lebay, kadang gaya bahasa
yang sederhana pun bisa menjadi menarik,tapi kadang juga bahasa yang
mendayu-dayu bisa menjadi menarik. Kecakapan dalam gaya bahasa itu sangat
penting. Yang pasti dalam penggunaan bahasa jangan menggunakan kata yang belum
dipahami oleh diri sendiri. Karena ini akan menuntut sebuah pertanggung
jawaban. Hmm... manggut-manggut deh J
Dan ternyata, dalam menulis,
mas Sakti ini bukan penganut mazhab ‘air mengalir’ loh. Dalam artian mengalir
saja meski tak tahu arah dan juntrungnya. Menulis itu baginya adalah
terstruktur. Terencana. Dari mulai awal hingga ending.
Berikut tips dari mas
Sakti dalam menulis cerpen:
- Tentukanlah tokoh lalu visualisasikanlah tokoh tersebut secara mendetail. Example, bagaimana bentuk rambutnya, bagaimana raut mukanya, bagaimana cara berjalannya, bagaimana cara dia marah, bagaimana cara dia mengungkapkan kesedihanya, bagaimana dia merasa cenburu, apa sajakah hobinya? Dan tentu masih banyak detail-detail lagi yang lainnya.
- Mulailah untuk menjebloskan dia dalam sebuah kamar, menguncinya dengan rapat, ikat kakinya, lalu masukkan dia dalam masalah (sebentar dulu, ini istilahnya mas sakti loh... hihi keren ya) . Sebuah masalah yang harus menjadi berat bagi tokoh tersebut meski pun masalah itu adalah hal yang sepele. Example; masalah jerawat pada remaja umuran SMP.
- Selesaikan masalah tersebut dengan beberapa cara, bukan hanya satu cara saja. Usahakan agar masalah bertumpuk hingga tercapai pada masalah yang lebih besar. Sehingga jika tokoh tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut maka akan matilah tokoh tersebut.
- Penyelesaian; buatlah ending semenarik mungkin. Dalam hal ini ada yang dinamakan sebagai surpraise ending. Sebenarnya apa sih surprise ending itu?? Surprise ending dalam hal ini adalah twist dimana penulis bisa mengecoh pembaca. Bahwa seakan-akan cerita itu bergerak ke kiri padahal sebenarnya cerita sedang bergerak ke kanan.
Hmm, bagaimana...bagaimana?? oke bin sakti
kan... J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar