Halaman

Senin, 14 Mei 2012

Mata Pelangi


i
Selalu, dua jiwa bercuap pelangi tatkala habislah rintik
Bahwa pelangi, mengucap secercah binar lengkung
Itulah kau
Dengan mata yang berbinar merekah pelangi
Katamu, “mewarni selalu indah”
Tapi yang kurasa kini hanyalah sepi

ii
Dalam senja yang mengeja cericit pipit dalam rintik gerimis
Matanya mengalun wicara
Mengerling tujuh warna pelangi
Katanya, “mewarni selalu indah”
Aku bisu. Terpaku teringat kau

iii
Kelam, mungkin memang kelam
Satu sisi dalam sama merah darah
Menyisa sepi
Tapi kemudian aku tau
Bahwa, “mewarni akan selalu indah”
Itu kau dan kini adalah dia.
Yang  sama
Tapi tak serupa
: mata pelangi

Jakarta, 12 Mei 2012
-Rosika Azahra-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar