Kau tau?? Menit ini, detik ini, ingatku melesat pada sebuah waktu. Di
mana tawa kita meledak bersama. Kala kau berhasil memungut beberapa
buah jambu biji yang jatuh dari sebuah pohon (tentunya pohon jambu juga)
yang kita anggap seram.
Kau begitu bersemangat, membanting jambu itu hingga pecah, begitulah cara kita biasa memakannya.
“Ini enak, enak sekali... enak sekali..” katamu dengan mulut yang
menggembul. Aku terkikik melihatmu. Tapi seketika, seekor ulat menyembul
dari dalamnya. Kau menggeliat, berjinjit-jinjit hingga lari terbirit.
Hahaha... aku menertawakanmu. Dan sungguh sangat puas. Bagaimana bisa
kau yang selalu mengaku bahwa kau cowok macho, selalu bangga jika ada
seorang gadis yang berhasil kau pikat, dan kini takut dengan seekor
ulat? Ampuun mbuuul... . Ya, begitulah aku biasa memanggilmu. Gembul.
***
Mbul, waktu memang terus melaju ya. Persis dengan apa yang kau katakan
padaku waktu itu, “Kau tahu Al, semuanya akan melaju, berjalan mengikuti
waktu. Dan aku harus mengikuti lajuanku. Tempatku bukan di sini, Al.
Ini terlalu menyesakkan bagiku.”
Aku hanya terdiam, mencoba untuk mencerna kata-katamu. Ya mbul, aku
tahu bagaimana perasaanmu. Tentang ayah dan semua saudara tirimu itu
yang terlalu mengekangmu.
“Aku ingin seperti burung itu. Bebas... lepas.. aku membenci mereka, Al.”
Aku hanya terdiam. Aku tau, yang kau butuhkan hanya sebuah cawan yang
siap untuk menampung keluh kesahmu. Dan aku mencoba untuk menjadi cawan
terbaik untukmu. Aku mencoba untuk menjadi pendengar yang baik untukmu,
Mbul.
“Besok, aku akan pergi ke Bandung,” katamu mengakhiri.
Dan begitulah... untuk selanjutnya, aku tak pernah melihatmu lagi
apalagi berjalan iseng sambil mencari buah jambu bersamamu lagi.
***
Mbul, semenjak kepergianmu itu. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dari
hatiku. Aku rasa ada sekeping hatiku yang tertinggal, mungkin malah
terbawa bersamamu, Mbul. Ya, mungkin aku telah jatuh cinta padamu.
Hari-hariku hanya terisi rindu sepi akan hadirmu.
Lihatlah Mbul, kini laju waktu membawaku juga ke tempat ini. Bandung.
Aku akan mencarimu, Mbul. Lihatlah... bahkan aku bawa sekeranjang buah
jambu biji untukmu. Bukan yang buruk tentunya. Ini masih segar. Aku
ingin melihat mulutmu penuh lagi dengan buah jambu yang sangat kau suka
itu. Mbul, jambu itu membuat hatiku bersemu merah jambu. Aku
merindukanmu, Mbul. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar