Halaman

Senin, 16 April 2012

Jambu Yang Merindu


Kau tau?? Menit ini, detik ini, ingatku melesat pada sebuah waktu. Di mana tawa kita meledak bersama. Kala kau berhasil memungut beberapa buah jambu biji yang jatuh dari sebuah pohon (tentunya pohon jambu juga) yang kita anggap seram.

Kau begitu bersemangat, membanting jambu itu hingga pecah, begitulah cara kita biasa memakannya.

“Ini enak, enak sekali... enak sekali..” katamu dengan mulut yang menggembul. Aku terkikik melihatmu. Tapi seketika, seekor ulat menyembul dari dalamnya. Kau menggeliat, berjinjit-jinjit hingga lari terbirit. Hahaha... aku menertawakanmu. Dan sungguh sangat puas. Bagaimana bisa kau yang selalu mengaku bahwa kau cowok macho, selalu bangga jika ada seorang gadis yang berhasil kau pikat, dan kini takut dengan seekor ulat? Ampuun mbuuul... . Ya, begitulah aku biasa memanggilmu. Gembul.

***

Mbul, waktu memang terus melaju ya. Persis dengan apa yang kau katakan padaku waktu itu, “Kau tahu Al, semuanya akan melaju, berjalan mengikuti waktu. Dan aku harus mengikuti lajuanku. Tempatku bukan di sini, Al. Ini terlalu menyesakkan bagiku.”

Aku hanya terdiam, mencoba untuk mencerna kata-katamu. Ya mbul, aku tahu bagaimana perasaanmu. Tentang ayah dan semua saudara tirimu itu yang terlalu mengekangmu.

“Aku ingin seperti burung itu. Bebas... lepas.. aku membenci mereka, Al.”

Aku hanya terdiam. Aku tau, yang kau butuhkan hanya sebuah cawan yang siap untuk menampung keluh kesahmu. Dan aku mencoba untuk menjadi cawan terbaik untukmu. Aku mencoba untuk menjadi pendengar yang baik untukmu, Mbul.

“Besok, aku akan pergi ke Bandung,” katamu mengakhiri.
Dan begitulah... untuk selanjutnya, aku tak pernah melihatmu lagi apalagi berjalan iseng sambil mencari buah jambu bersamamu lagi.

***

Mbul, semenjak kepergianmu itu. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dari hatiku. Aku rasa ada sekeping hatiku yang tertinggal, mungkin malah terbawa bersamamu, Mbul. Ya, mungkin aku telah jatuh cinta padamu. Hari-hariku hanya terisi rindu sepi akan hadirmu.

Lihatlah Mbul, kini laju waktu membawaku juga ke tempat ini. Bandung. Aku akan mencarimu, Mbul. Lihatlah... bahkan aku bawa sekeranjang buah jambu biji untukmu. Bukan yang buruk tentunya. Ini masih segar. Aku ingin melihat mulutmu penuh lagi dengan buah jambu yang sangat kau suka itu. Mbul, jambu itu membuat hatiku bersemu merah jambu. Aku merindukanmu, Mbul. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar